Kamis, 01 September 2011

Dubes RI Ditertawakan Negara-Negara Islam, Karena Ieddul Fitri tanggal 31 Hari Rabu

Ketetapan sidang itsbat Pemerintah RI yang menetapkan 1 Syawal jatuh pada hari Rabu 31 Agustus 2011, ditertawakan dunia lantaran nyeleneh serta menyelisihi ketetapan negara-negara Arab yang berlebaran hari Selasa 30 Agustus 2011.



Hal itu diungkapkan oleh H. Djoko Susilo, Dutabesar RI untuk Switzerland serta Liechtenstein. Tanpa hendak mempertanyakan perolehan sidang itsbat penetepan 1 Syawal 1432 H yang dijalankan Kemenag RI, Djoko menuturkan dirinya kesulitan menjawab pertanyaan asal para koleganya, dutabesar negara-negara anggota Organisasi Konferensi Islam (OKI).

“Saat ini kita ditertawaakan dunia. Saya susah sekali menjawab pertanyaan kawan-kawan sejawat dubes negara-negara OKI. Kita kok nyeleneh sendiri (melakukan Idul Fitri pada hari Selasa),” kata Djoko kepada RMOL, Selasa, (30/8/2011).

Berbeda dengan Indonesia, hampir seluruh negara di daerah Eropa serta Timur Tengah menggelar shalat Idul Fitri pada hari Selasa. Biasanya mereka memakai metode hisab maupun perhitungan yang diperkuat beserta metode rukyat maupun pengamatan kemunculan hilal. Penggabungan kedua metode ini menjadikan perhitungan tentang awal bulan Syawal merupakan semakin akurat.

Demi memuaskan si penanya, Djoko menyampaikan sebenarnya penentuan tanggal 1 Syawal tersebut untuk Indonesia. Adapun masyarakat Indonesia yang terletak di luar negeri diminta taat serta patuh pada ketetapan Islamic Center setempat. Djoko khawatir sangat banyak pihak di Indonesia yang terjebak pada pendekatan kuno di masa lalu. Sementara di Eropa, masyarakat biasanya meyakini pada kemampuan teknologi. Toh, bukankah manusia telah datang ke bulan?

Mantan anggota DPR RI dari Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut mengingatkan sebenarnya Islam terkait erat dengan iman, ilmu dan amal. Islam merupakan agama yang mengagungkan ilmu pengetahuan semacam bagian dari keyakinan tentang ketauhidan Tuhan Yang Maha Kuasa.

“Jadi jikalau saat ini telah terdapat teknologi tinggi seharusnya masalah mengintip hilal ya pakai teknologi,” katanya lagi.

Di masa depan, Djoko berharap agar pemerintah melalui Kementerian Agama bersikap netral dalam penentuan 1 Syawal ini. Posisi pemerintah idealnya, menurut dia, adalah sebagai fasilitator yang tak perlu ikut campur tangan, apalagi memberikan stempel berupa keputusan.

“Sebaiknya hal seperti ini biar diurus MUI dan ormas Islam saja tanpa dicampuri birokrat. Ndak bagus kesannya,” pungkas Djoko.

Sebagaimana diberitakan voa-islam.com sebelumnya, terjadi perbedaan pendapat dalam penetapan 1 Syawal 1432 Hijriyah di tanah air, setelah Pemerintah dalam sidang itsbatnya menganulir hasil rukyat dan memutuskan Idul Fitri 1 Syawal jatuh pada hari Rabu (31/8/2011).

Tim rukyat Kementerian Agama (Kemenag) di Pantai Kartini Jepara dan Cakung Jakrta Timur, dalam kesakaian di bawah sumpah, menyatakan sudah melihat hilal pada Senin sore (29/8/2011), yang berarti Selasa sudah masuk 1 Syawal.

Hasil pantauan Tim Rukyat itu sesuai dengan pantauan Tim Rukyat di negara-negara Arab. Arab Saudi memastikan Hari Raya Idul Fitri atau 1 Syawal 1432 Hijriah jatuh pada hari Selasa, 30 Agustus 2011, karena pada Senin, (29/8/2011), hilal sudah terlihat.

Setelah Arab Saudi mengumumkan jatuhnya 1 Syawal 1432 Hijriah, negara-negara yang lain pun mengikutinya, di antaranya: Mesir, Uni Emirat Arab, dan Qatar. Beberapa negara tetangga seperti Malaysia, Singapura dan Brunei Darussalam juga berlebaran Selasa.

Sebagian umat Islam di tanah air belebaran Selasa karena mengikuti hasil rukyat -baik rukyat lokal maupun global- dan hisab. Kaum Muslimin yang berlebaran hari Selasa ini berbarengan dengan Arab Saudi dan dunia Arab lainnya. Beberapa kalangan yang berlebaran Selasa antara lain: Muhammadiyah, Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII), Jama’ah Anshorut Tauhid (JAT), Front Pembela Islam (FPI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Jum’iyat An-Najat, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), Pesantren Gontor, dan sebagian warga Nahdlatul Ulama (NU) yang mengakui rukyat.

Sementara kalangan yang berlebaran Rabu 31 Agustus 2011 mengikuti keputusan pemerintah, antara lain Nahdlatul Ulama, PERSIS, Ahmadiyah, Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), dan lain sebagainya. [ahana/rmo]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
;